Senin, 09 Maret 2009

Dari Kamera Hertango Hingga Kamera Digital

YOGYAKARTA - Sekelompok anak berseragam SMA mengerumuni kamera Hertango buatan 1900. "Cara menggunakannya gimana?" tanya salah seorang di antara mereka. Agus Leonardus, fotografer senior asal Yogya sekaligus pemilik kamera kuno itu, dengan sabar memberi penjelasan.

Kamera kuno dari kayu setinggi lebih dari satu meter berpenutup kain hitam itu menyedot perhatian pengunjung pameran fotografi "Potret" di Bentara Budaya Yogyakarta, 17-26 November 2008. Peragaan itu tidak tuntas karena tak ada negatif film ukuran besar yang cocok untuk kamera Hertanggo. Maklum, sudah tak ada lagi yang menjualnya.

"Pameran ini mengedepankan sejarah fotografi dunia dan Indonesia," kata Hermanu, penyelenggara pameran dan pengelola Bentara Budaya Yogyakarta.

Puluhan kamera kuno hingga kamera digital yang sebagian besar koleksi Agus Leonardus ditata dalam empat lemari kaca di tengah ruang pamer. Ada juga seting studio foto zaman dulu, lengkap dengan kamera berkerudung hitam tadi.

Di dinding tergantung foto hasil jepretan fotografer dunia dan foto tokoh penting penemu fotografi. Pengunjung juga bisa menikmati foto bersejarah, seperti foto pertama di dunia karya Nicephore Niepce pada 1826 dan foto pertama bumi yang diambil dari luar angkasa oleh astronot Apollo 10 pada 1969.

Pengunjung pameran juga bisa menikmati beberapa foto fenomenal "kelas dunia", seperti foto gadis telanjang yang berlari ketakutan oleh serangan bom napalm pada perang Vietnam karya Nick Ut (1972). Juga foto dramatis eksekusi jalanan terhadap pejuang Vietkong oleh Kepala Polisi Saigon, Nguyen Ngoc Loan, karya Eddie Adams (1968).

Sedangkan perkembangan fotografi di Indonesia diwakili oleh dua sosok penting: Kassian Chepas dan Henri Cartier-Bresson. Kassian Chepas (1845-1912) adalah fotografer profesional pribumi Indonesia pertama. Sementara Henri Cartier-Bresson adalah fotografer kenamaan Prancis yang merekam momen penting awal berdirinya Republik Indonesia.

Kassian Chepas yang lahir di Yogyakarta 15 Januari 1845 adalah fotografer Keraton Yogyakarta pada zaman Sultan Hamengku Buwono VII. Selain dokumentasi Keraton Yogyakarta, karya penting karya penerima penghargaan medali emas dari Ratu Belanda Wilhelmina tahun 1901 itu adalah foto relief Karmawibangga di kaki Candi Borobudur.

Adapun Henri Cartier hadir dengan foto dokumentasi parade militer di Yogyakarta, 18 Desember 1949, saat ibu kota pindah dari Jakarta ke Yogyakarta, dan foto Bung Karno yang dielukan rakyat saat kembali ke Jakarta, 27 Desember 1949. HERU CN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar